Menu khas lebaran selalu mengingatkan saya pada kampung
halaman. Saya lahir dan besar di Tulungagung. Sebuah kota kecil di Jawa Timur.
Jika Jombang terkenal dengan kota santri, Tulunggung lebih
dikenal sebagai kota marmer. Konon, marmer Tulungagung punya kualitas kelas
wahid. Di daerah Besuki, marmer telah dieksor ke berbagai belahan dunia.
Selain marmer, dulu, Tulungagung dikenal sebagai kota banjir.
Saya ingat waktu kecil, sungai depan rumah meluap sampai ke jalan. Untung gak
sampai masuk rumah. Saat ini, Tulungung sudah jauh lebih modern. Kedai kopi
kekinian menjamur di tiap sudut kotanya. Banjir? bye bye.
Tulungagung juga dikenal sebagai salah satu kota santet.
Konon, santet Tulungagung lebih mujarab daripada Banyuwangi. Ah, itu cerita
dari mbah saya. Antara percaya dan tidak. Urusan klenik begini susah klo pakai
logika.
Untuk kuliner, Tulungagung juga punya menu khas. Ayam Lodho.
Makanan berbahan ayam, dengan kuah santan kuning yang kental. Saya pernah
menulis resep lodho di blog ini. Sila baca.
Kali ini, saya tidak akan membahas tentang lodho lagi. Tapi
menu lain yang tak kalah nikmatnya. Kudapan yang selalu ada di rumah mbah-mbah
sepuh saat lebaran idul fitri.
Apa itu?
1. Tapai Ketan
Mungkin di daerah lain, ada juga makanan seperti ini. Tapi
soal rasa, mbah saya tetap juaranya. Sayang, mbah sudah meninggal. Sajian tapai
ketan, terakhir saya jumpai pas lebaran 3 tahun lalu.
Itu di rumah.
Kalau sedang berkunjung ke rumah mbah yang lain, saya selalu
ngincer tapai ketan di meja. Mon maap nih ya, silaturahmi penting. Tapi tapai
ketan adalah simbol peradaban yang tak boleh terlewatkan. Halah!
Nah, tahun lalu, ibu saya mencoba membuat tapai ketan dengan
resep turun temurun. Tapi gagal. Tapai gak matang sempurna. Ternyata ada
triknya. Kira-kira begini
➦Bahan:
- Beras ketan
- Daun pandan
- Ragi
- Gula putih
- Daun pisang sebagai bungkus
➦Cara memasak:
- Masak beras ketan seperti memasak nasi
- Setelah matang, tuang di tampah (nampan besar dari anyaman bambu). Tunggu hingga benar-benar dingin.
- Siapkan gula putih dan ragi
- Bungkus ketan yang sudah dingin dengan daun pisang.
- Taburi sedikit gula dan ragi. Sematkan lidi agar bungkus tidak terbuka saat didiamkan.
- Simpan di kardus yang sudah dilapisi daun pisang. Tutup rapat
- Tunggu kurang lebih 2-3 hari.
- Tapai ketan siap santap.
Rasanya manis asem seger.
Selain menjadi hidangan khas lebaran, tapai ketan juga sering
disajikan saat ada hajatan besar. Seperti gambar di bawah ini. Ini adalah
saudara dekat ibuk pas lagi rewang. Tradisi gotong royong di desa saat ada
saudara atau tetangga punya hajatan besar.
Tahun lalu, adik saya menikah. Tapai ketan jadi menu wajib untuk sajian. Bisa juga untuk hantaran.
Tahun lalu, adik saya menikah. Tapai ketan jadi menu wajib untuk sajian. Bisa juga untuk hantaran.
Itu tadi kudapan yang selalu ada saat lebaran. Selanjutnya,
menu berat.
2. Lontong Sayur
Di tata di dalam ember besar. Lalu disantap beramai-ramai di masjid. Atau dibawa pulang dengan bertukar ketupat lengkap terlebih dahulu.
Tahun lalu, tradisi ini agak berbeda. Kampung saya mengadakan makan bersama sepanjang jalan. Tradisi ini sudah ada terlebih dahulu di daerah Trenggalek. Kalau pas kupatan tiba, orang-orang dari berbagai daerah tumplek blek memadati jalanan Trenggalek.
Untuk mendapatkan sepiring ketupat atau lontong sayur, mereka tidak perlu membeli. Warga sekitar membaginya gratis.
Di desaku juga begitu. Saat malam tiba, rumah penduduk sudah siap menyajikan berbagai macam hidangan. Mulai bakso, sate, dan aneka es. Siapapun bisa mampir untuk mencicipi masakan.
Suasana Kupatan di depan rumah |
Lampu kerlap kerlip menambah seru suasana kupatan. Tiap rumah
juga menyediakan hiburan gratis. Lagu-lagu religi, gambus, bahkan dangdut. Menambah
meriah suasana.
Loh, kok jadi kemana-mana. Resepnya mana?
Untuk membuat ketupat atau lontong sayur khas Tulungagung sebenarnya gampang. Tapi, jujur, saya selalu gagal bikin lodeh ala Tulungagung. Selalu berakhir seperti kolak kacang panjang. Duh! Jadi, saya kasih tahu saja cara penyajiannya aja ya.
Lontong Sayur Khas Tulungagung |
- Siapkan lontong atau ketupat. Iris sesuai selera.
- Tuang sayur lodeh di atasnya. Taburi bubuk kedelai.
- Bisa ditambah krupuk rambak (kerupuk dari kulit kerbau atau sapi) sebagai pelengkap.
Ciamik soro!
Itu tadi makanan khas yang mengingatkan saya pada kampung halaman. Di Sidoarjo, cukup sulit menemukan tapai ketan atau sayur lodeh dengap cita rasa khas Tulungagung. Jadi, dua makanan ini selalu saya buru saat sampai di rumah.
Sayang, tahun ini kami sekeluarga berencana tak mudik ke kampung halaman. Pandemi virus covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda selesai. Mau bagaimana lagi. Toh ini untuk kebaikan bersama. Semoga sehat-sehat semua.