Sepulang
dari kantor, suami mengeluh badannya meriang. Sebelumnya, memang sudah batuk pilek.
“Badanku kok meriang ya” kata suami.
Saya kasih termometer. Hasilnya, 38 derajat celcius. Jantung
saya sudah mau copot. Pandemi virus covid-19 ini membuat
saya spaneng klo ada orang rumah yang sakit.
Apalagi ciri-cirinya mirip gejala virus corona.
“Sesek gak?” tanya saya
“Gak, tapi kepala pening” jawabnya
Duh!
Saat itu juga, saya suruh suami tidur di kamar depan. Alat makan dan minum saya pisah. Jaga jarak sama anak-anak. Gak
boleh dekat-dekat.
Besoknya, suami pergi ke rumah sakit. Tanpa saya temani, padahal, jalan sempoyongan. Gak mungkin juga saya temani karena anak-anak gak
ada yang jaga. Mau dititipin ke
siapa juga. Terpaksa, ke rumah sakit sendiri. Tiap menit saya wa nanya kabar.
Sampainya
di IGD rumah sakit, langsung diperiksa
dengan protap covid-19. Petugas
berbaju APD lengkap. Cek Suhu badan, rontgen, dan
ditanya tentang riwayat perjalanan.
Setelah selesai diperiksa, dokter memperlihatkan hasil rontgen. Ada sedikit flek di paru-paru.
Suami memang punya riwayat bronchitis saat kecil.
Tapi sudah sembuh. Sebulan lalu baru
berhenti pakai vape.
Setelah rangkaian pemeriksaan selesai, dokter menuliskan resep. Parasetamol, obat sinus, obat batuk dan vitamin. Suruh
istirahat dirumah. Jika dalam 3 hari belum membaik, cek ke dokter paru.
Setelah pulang,
saya tetap memberlakukan aturan yang sama. Tidur
terpisah, jangan dekat anak-anak. Untuk
menghindari penularan. Meskipun dokter menyatakan, suami hanya
sakit biasa. Sinusnya kambuh. Makanya demam disertai pening kepala. Yakan kalau anak ketularan batuk pilek, saya jadi pusing kuadrat.
Tiap
malam, saya sering terbangun, seperti mendengar suara orang sesak nafas. Lalu pergi ke kamar depan buat cek kondisi suami. Tapi ternyata suami tidur pulas. Begitu seterusnya sampai kurang lebih seminggu. Saya
terlalu parno untuk hal ini.
Alhamdulillah, setelah 3 hari istirahat di rumah dan
mengkonsumsi obat, kondisinya mulai membaik. Batuk pilek mulai reda. Panasnya berangsur turun. Tapi tetap saya karantina.
Paling gak sampai 14
hari. Ya meskipun rumah saya gak sebesar punya mbak Nia Ramadhani ya buk, tapi tetap bisa jaga jarak. Anak-anak udah kebelet main sama ayahnya. Saya
larang. Pintu kamar ditutup. Buka kalau mau makan atau ke kamar
mandi. Anak-anak tetap
dirumah, gak boleh main diluar.
Syukurlah, Setelah obat habis, suami sembuh. Sudah bisa
beraktifitas kembali. Bermain sama anak-anak, dan bantuin saya nyuci hahaha.
Itu tadi cerita saya menerapkan isolasi mandiri saat suami sakit. Langkah ini sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan. Memang suami saya tidak
terjangkit virus corona. Tapi tetap saja, batuk atau flu bisa menular ke
orang lain kan.
Jika kondisi tubuh sedang tidak baik, usahakan di rumah saja.
Istirahat dan lakukan isolasi mandiri. Pantau sendiri kondisi kesehatan. WHO juga memberikan tata cara
isolasi mandiri. Contohnya seperti
infografis di bawah ini.
sumber: WHO |
Inilah pentingnya
melakukan social distancing. Untuk menjaga
diri dari menularnya penyakit.
Meskipun di rumah, saya juga menerakan social distancing saat suami sakit. Agar
saya, dan anak-anak tidak ikut ambruk berjamaah.
__
Penerapan social
distancing sangat penting. Terlebih di masa pandemik seperti saat ini. Social distancing sendiri berarti
menjaga jarak aman dengan orang lain untuk menghindari tertularnya penyakit. WHO
menyarankan untuk menjaga jarak dengan orang lain minimal 1-2 meter.
Melakukan social
distancing bukan berearti memutus tali silaturahmi ya. Kita bisa
menggunakan media lain untuk tetap keep
in touch dengan orang-orang tersayang.
Barangkali ini juga yang menjadi alasan beberapa
waktu lalu, WHO mengubah istilah social
distancing menjadi physical
distancing. Jadi, walaupun kita diminta untuk menjaga jarak, kita tidak
sedang diminta untuk berhenti bersosialisasi dengan keluarga, teman atau
kerabat secara sosial.
Kita bisa tetap berhubungan dengan mereka meskipun
tanpa bertemu secara fisik. Caranya? Bisa video
call, telepon, atau bertukar kabar via chat.
Apa manfaat social
atau physical distancing?
Virus corona dapat menular lewat cairan. Menjaga
jarak aman bisa mencegah penularan. Untuk menambah kewaspadaan, anggalah diri
kalian sebagai carier virus. Ini akan
membuat kita lebih berhati-hati saat harus berhubungan dengan orang lain.
Dengan terus konsisten melakukan social distancing, semakin ringan pula
beban tenaga medis yang saat ini terus bekerja untuk menangani mereka yang
sakit. Semoga, ikhtiar ini akan membuat kondisi normal kembali.
Bagaimana cara melakukan social distanding?
Sebaiknya, ikuti himbauan pemerintah untuk di
rumah saja. Tapi, jika memang harus bekerja di luar, pastikan melindungi diri
dengan baik.
Seperti, tidak bergerombol lebih dari 5 orang,
tidak pergi ke kerumunan, menggunakan masker, dan menerakan hidup bersih. Mencuci
tangan secara teratur setelah melakukan aktifitas diluar. Segera mandi sesaat
setelah sampai di rumah. Jangan sentuh apapun di rumah, sebelum membersihkan diri.
Hindari berjabat tangan, cium pipi atau berpelukan
saat bertemu dengan teman atau keluarga. Ini untuk mencegah virus menular. Siapa
tahu, di tangan, pipi, baju atau benda-benda yang sering tersentuh tangan, kena
cairan dari kita. Sebaiknya, hindari bersentuhan secara fisik.
Masih aman kan di rumah? atau ada yang lagi
sakit? Semoga lekas sembuh ya….
Sykurlah ternyata suami nggak kenapa2 ya. Sejak pandemi ini banyak yang berubah memang.
BalasHapusSaya yang masih aktif ngantor, setiap pulang ngantor atau sehabis pergi beli makan/kebutuhan lain, langsung mandi.
Untungnya rumah kontrakan kami ini punya satu bangunan terpisah yg selama ini jadi ruang laundry. Jadi masuk rumah saya nggak perlu lewat ruang utama which membantu banget untuk physical distancing dengan keluarga sampai selesai bersih2.
iya mas, bikin spot jantung di awal. syukurlah sudah gpp. iya sih, rumah saya musti nglewatin ruang tamu dan kamar klo mau ke kamar mandi. tapi terus disemprot sih. semoga sehat selalu semua ya amin...
Hapus