Pengasuhan Di Era Digital Liburan dan Gadget time

4 komentar


Selamat datang libur panjang akhir tahun J sudah ada rencana kemana nih buibu buat liburan? Atau mau dirumah saja?! Gegoleran sama anak-anak sambil nonton youtube?! Hehehe…

Sepertinya, liburan dan gadget itu susah dipisahkan ya. Meskipun saya stay at home mom, gadget bukan hal baru buat anak-anak. Toh liburan sekolah selama 2 minggu ini kan gak dihabiskan di tempat liburan semua kan?! Lagian liburan panjang begini yang libur panjang kan cuma anak-anak. Ayahnya masih kerja sampai akhir tahun.

Ini sebenarnya yang menjadi problema buibu jaman sekarang. Tak bisa dipungkiri, untuk menghilangkan gadget sama sekali dirumah menurut saya tidak mungkin. Bayangkan saja, Saya, yang juga berjualan online shop, tiap kali juga pegang gadget untuk menjawab pesanan atau promo produk. Saat telepon dengan ayah atau utinya, juga pakai gadget. Kalau di rumah, kadang, ayahnya main game juga pakai gadget.

Mau lihat tutorial DIY mainan kardus juga pakai gawai. Buka youtube. Bahkan saat saya ingin menjawab pertanyaan ‘sulit’ mas Zafran, buka mesin pencari dulu. Jadi, gadget memang sudah menjadi pemandangan sehari-hari di rumah.


Rencanannya, liburan kali ini saya mau mendampingi screen time mereka lebih serius. Emang biasanya gak?. Gak, hehehe… kenapa begitu?

Begini ceritanya..

Beberapa bulan lalu, saya mengikuti ig tv dari @keluargakitaid. Topik yang diangkat pas banget dengan kegalauan ibu-ibu masa kini. Yaitu tentang pengasuhan di era digital. 4 alasan tidak melarang anak main gadget. Wew!

Pembicaranya adalah Mbak Najela Shihab. Beliau ini adalah founder dari Rumah Main Cikal, penulis berbagai buku tentang pendidikan keluarga dan anak, serta aktif dalam kegiatan sosial khususnya tentang pendidikan anak. Sedangkan bintang tamunya, Sogi Indra Dhuaja. Seorang komedian dan juga bapak dari dua orang anak.

Ternyata, mas Sogi ini juga punya kekhawatiran yang sama dengan buibu diluaran sana. Tentang peggunaan gadget pada anak.

“Bener gak sih mbak Ela, gadget pada anak itu bener-bener negatif banget efeknya?” tanya mas Sogi.

Biasanya, kekhawatiran yang muncul terkait gadget ini seperti, anak jadi anti sosial, susah fokus, atau bahkan berpengaruh di kesehatan karena tidak banyak aktifitas fisik saat anak bermain gadget.

Padahal, menurut mbak Najela, dunia digital itu gak menakutkan sama sekali. Justru yang membuat khawatir adalah ketika anak tidak dipersiapkan untuk menghadapinya. Anak-anak tidak berdaya di dunia digital. Karena dunia digital itu sendiri sudah ada. Bahkan, sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari hari. Jadi, menghindarinya, sepertinya tidak mungkin. Dan kita musti yakin jika anak punya kemampuanya.

“Yang kita lakukan sebenarnya sama, seperti mengajari anak menyeberang jalan, naik sepeda dll” kata mbak Najela.

Biasanya, orang tua hanya fokus pada aturan screen time, apa yang boleh ditoton, apa yang gak boleh dilihat. Ini penting juga. Dan memang harus disampaikan kepada anak-anak. Tapi, itu saja ternyata tidak cukup. Karena dalam melakukan apapun dalam pengasuhan, butuh tujuan. Jadi bukan hanya do dan do not saja. Tapi tujuan kita sama anak untuk menumbuhkan apasih di dunia digital ini?

Jadi, lanjut mbak Ela, interaksi orang tua dan anak tentang gadget ini gak melulu tentang jangan begini dan begitu. Tapi bisa memanfaatkan gadget untuk tujuan yang positif. Karena hampir separuh kehidupan sekarang itu ada di dunia maya. Bisa dibayangkan 10 atau 20 tahun lagi, pasti kemampuan anak untuk survive akan lebih canggih lagi.

Nah, apa saja manfaat yang bisa di dapat dan diajarkan pada anak tentang dunia digital? Begini kata mbak Ela.

1. Kritis

Kemampuan kritis ini sangat penting untuk anak saat ini. Banyaknya informasi, kemudahan akses, bisa dijadikan bahan pembelajaran yang baik. Karena mereka tumbuh dan berkembang di dunia digital.

Misalnya, Kritis saat menghadapi informasi. Dilatih membedakan mana informasi yang dia butuh, mana yang hoax. Mana informasi yang berasal dari sumber terpercaya, mana informasi yang ditulis oleh sembarang orang.


Kapan bisa mengajarkan ini? pada saat menggunakan mesin pencari, saat menerima pesan dari media sosial, dll.

2. Komitmen pada Keamanan

Kata mbak Ela, sedikit sekali orang tua yang mengajarkan bagaimana mengatur notifikasi. Padahal ada batas-batas privasi saat bermain media sosial.

Nah, yang masih sering kelepasan adalah menghargai privasi anak. Hayo, siapa disini yang ijin dulu sama anak kalau mau posting fotonya? Hehehe… saya kadang-kadang saja. duh!

Selain itu, kita juga bisa mengajarkan tentang etika, kapan harus menyebutkan sumber kalau kita misalnya melihat gambar yang menarik untuk diunggah.

3. Melatih Kolaborasi

Dengan siapa? Menurut mbak Ela, dengan sebanyak dan seberagam mungkin orang.  Seperti jika anak ingin belajar tentang sesuatu yang spesifik, maka bisa mencari ahli atau guru di media sosial. Tentu dengan tidak melupakan poin pertama dan kedua.

Anak juga bisa bekerja sama dengan orang baru di sosial media. Ikut kegiatan atau projek tertentu. Hal ini sangat susah dilakukan orang jaman dulu. Gak tahu jalannya, atau caranya seperti apa.

Nah, kemampuan berkolaborasi ini, sangat penting ditanamkan di era digital seperti saat ini. Kata mbak Ela, agar anak tidak hanya berada di lingkungan itu itu saja. Pergaulan di dunia maya sangat luas. Ini bisa dimanfaatkan untuk berkolaborasi dengan beragam orang. Sesuai dengan bakat dan minat yang diinginkan anak.

Kolaborasi ini juga bisa dilakukan untuk membantu banyak orang. Misalnya, crowdfunding. Melalui banyak situs penyedia jasa untuk berdonasi. Ingin menyumbang di lokasi yang jauh. Semuanya menjadi sangat mungkin dilakukan di era digital.

4. Menumbuhkan Kreatifitas

Kalau yang ini banyak sekali contohnya. Misalnya, tahu cara main lego, belajar bahasa inggris, tahu sejarah, tutorial mainan kardus dll. Bisa dikases via youtube. Atau bikin review tentang mainan, buat blog.

Nah, ini biasanya yang saya lakukan dengan si Sulung. Membuat mainan kardus. Cerita seru dibaliknya ada disini.


mianan peraga petir dari kardus
Nah, setelah anak diajari dan dicontohkan untuk melakukan keempat hal diatas, selanjutnya, tinggal berkreasi. Jadi, anak tidak hanya mengkonsumsi informasi yang ada. tapi juga berkreasi dengan apa yang sudah didapat. Wow, keren sekali bukan.

Bayangkan saja, anak yang kritis, punya komitmen pada keamanan, mampu berkolaborasi dan kreatif, akan siap untuk menghadapi tantangan kedepan. Harapannya, mampu menghasilkan karya dan bermanfaat bagi banyak orang.

Gimana nih buibu, mau ngapain liburan kali ini? masih anti sama gadget buat anak?

Menurut saya, yang paling penting dalam dunia digital ini adalah kontrol. Tidak mungkin menghilangkan sama sekali. Perkembangan teknologi makin pesat. So, kita musti punya self control yang bagus. Baik untuk kita, juga anak-anak.

Ada yang punya pengalaman seru dengan gadget? Sharing yuk….





4 komentar

  1. Hai Mbak, liburan kali ini sepertinya kami bertiga hanya akan stay di rumah aja. Keuangan Mom sedang cekak, wkwkwk ...

    Anak-anakku berusia 10 dan 8 tahun. Keduanya selama liburan ini mencoba membuat berbagai macam minuman seperti smoothies dan ice cream. Di pagi hari, mereka membuat cemilan dari olahan roti tawar. Intinya memanfaatkan bahan makanan semaksimal mungkin tanpa ada yang terbuang.

    Mereka juga membantu aku bekerja di kantor yang ada di rumah ini. Digaji per aktivitas Rp 1000 kecuali kalau pergi belanja atau ke kantor pos, Rp 10 ribu karena lumayan jauh dan membawa beban bawaan.

    Soal gadget, menurut aku tetap bisa positif kok karena justru dari sana putra sulungku bisa merawat ikan-ikannya sendiri termasuk saat ikannya terserang penyakit.

    Sementara bungsu, rajin ngoprek barang bekas jadi hiasan ya karena ngintip lewat gagdget juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hi juga mbak melina. keren sekali keluarganya. anakku masih usia 6th n 20bln ini. meskipun dirumah banyak mainan dan buku, tapi masih pengen juga mainin gadget. selama penggunaan dan pendampingan gadget yang tepat bisa positif kok hasilnya.

      Hapus
  2. Betul, kalau gadget dijauhi banget. Efeknya nanti kasihan ke anaknya. Padahal di internet juga ada banyak hal yang positif. Anakku lagi banyak belajar main piano dari youtube, mba. Jadi kubiarkan saja dia mau oprek pianonya

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah... keren juga ini. anakku nontonnya masih random. upin ipin, baby bus. sama diy mainan kardus. semoga terus bisa berkembang nantinya ya... selamat hari libur... :-)

      Hapus