Punya hobi itu perlu. Bisa jadi penting malah. Apalagi buat
yang bekerja nine to five. Mengerjakan sesuatu sesuai kesenanganya, memiliki
pengaruh baik. Bagi kesehatan jiwa dan raga.
Tapi, setelah berumah tangga, menjalankan hobi tidak
sesederhana saat melajang. Ada ‘batasan-batasan’ yang terbentuk dengan
sendirinya. Waktu, dan kesehatan finansial bisa jadi pertimbangan utama untuk
menekuni hobi yang sudah ada.
otw Gunung Slamet |
Seperti suami saya. belakangan dia mulai naik gunung lagi. Setelah
sekian lama terkendala waktu dan budget. Saya sih tidak keberatan dengan hobi
ini. Cuma, yang kadang bikin naik darah itu, saat suami sudah beli-beli peralatan
gunung yang gak murah. alasannya buat investasi. Bisa diwariskan sama anak
nanti. ya Allah pak, itu pas anakmu gede, gunung-gunung di Indonesia udah pake
lift naiknya.
Belakangan, suami juga lagi hobi kopi kopian. Beli grinder
sendiri di rumah. Dipakenya bisa sebulan sekali. Beli biji kopi dengan nama
aneh-aneh. Tiap kali nyoba, bikin saya diare 3 hari. Duh!
Grinder dan aneka kopi |
Suatu hari, saya pernah posting di facebook tentang hobi
suami. Beberapa teman lama yang juga sudah berkeluarga dan punya hobi, pada
nyamber. Intinya, mereka-mereka ini butuh ‘pelampiasan’ di tengah carut marut
pekerjaan. Ada yang hobi koleksi gundam, pesawat remote, burung, mancing dan
lain lain. Hiburan katanya. Uang yang dipakaipun punya istilah sendiri. ‘Duit
lanang’. Artiya, duit ‘bebas’ setelah kebutuhan primer selesai.
Saya gak masalah sih sebenarnya asal ada komunikasi yang baik
dengan pasangan masing-masing. Gak mau kan, kalau pengennya seneng, malah kena
omel sana sini.
Nah, saya ada tips nih, bagaimana caranya biar bisa berdamai
dengan hobi suami.
1. Komitmen pra nikah
Ini dulu yang saya lakukan dengan suami. Paksu bilang kalau
nanti sudah menikah, dia tetap diperbolehkan naik gunung. Saya setuju. Toh saya
juga suka naik gunung. Asal, jangan lupa sama tanggungjawab. Bagi saya ini
penting disepakati dari awal, agar saat sudah berumah tangga, urusan hobi ini
sudah khatam.
2. Selesaikan tanggungjawab
Hobi adalah kebutuhan sekunder. Maka, jika ingin terus
menekuninya, kebutuhan primer musti selesai dulu. Itu yang dilakukan suami.
Meskipun kadang, saya sempat ngomel. Mending kan duitnya dipake buat investasi.
Tapi balik lagi di komitmen awal.
3. Beri dukungan
Tentu setelah kesepakatan di awal selesai, saatnya memberikan
support. Misalnya, saat naik gunung, si
bapak dikasih bekal bumbu jadi. Jadi pas masak di gunung, biar gak ribet. Atau
minjemin Tupperware untuk makan dan masak. Tapi ingatkan untuk kembali seperti
bentuk semula. Kalau tidak, suruh ganti! Tupperware bagi emak, harga mati!
Hindari untuk memakai wadah sekali pakai. Pendaki biasanya
lebih aware dengan lingkungan. Stop membuat sampah.
4. Saling terbuka
Ini agak susah. Kebanyakan, paling gak dari obrolan di facebook
tadi, suami yang punya hobi itu prinsipnya begini. Lebih baik minta maaf
daripada minta ijin. Wah, bisa berabe. Tapi betul ini. beberapa kali suami
ketahuan beli peralatan gunung. Tiap kali ditanya harga, bilangnya murah. Tapi
terus ngaku juga sih belakangan. Tapi tetap saja bikin kesel.
Keterbukaan ini juga gak melulu soal budget yang dihabiskan. Tapi
bisa juga sharing tentang waktu yang tepat buat menekuni hobi. Jika komitmen
dan komunikasi baik, maka selanjutnya bakal oke.
5. Ikut terlibat
Sejak SMA saya memang suka naik gunung. Suami malah ikut
organisasi pecinta alam. Jadi, kalau saya diajak naik gunung, ayo aja. Bahkan,
kami pernah nekat naik gunung sama batita. Anak kedua saya. Saat itu usianya
baru 5 bulan.
Gunung Bromo |
Melibatkan diri ke hobi suami ini bisa menguntungkan juga lo.
Bisa saling melengkapi. Saat diajak suami naik gunung, saya jadi punya bahan
tulisan buat blog. Punya stok beberapa angle tulisan.
Untuk suami yang hobi mancing misalnya, si istri bisa jadi
hobi masak hasil pancingan. bisa nyambung kan?!. Coba deh cari sisi menarik apa
yang bisa melengkapi hobi suami. Atau sebaliknya. Barangkali, istri punya hobi
yang bisa dilengkapi dengan kegemaran suami. Bukankah begitu hakikat berumah
tangga?! Melengkapi satu sama lain.
6. Cari solusi
Jika ada masalah, pastikan segera mencari solusi. Misalnya,
printilan naik gunung yang savety use
itu gak murah. Tapi sekarang, orang naik gunung sudah punya banyak kemudahan. Persewaan
barang untuk naik gunung sudah banyak. Tinggal pilih mau spek seperti apa. Naik
gunung aman, nyaman, duit bisa lama dikantong.
7. Minta kompensasi
Jika beli printilan naik gunung atau kopi kopian tidak bisa
ditahan lagi, minta kompensasi. Ini penting buibu. Misalnya, jika suami beli
biji kopi lagi, saya minta dibelikan satu buku sebagai kompensasi. Atau, kalau lagi
beli peralatan gunung lagi, saya minta dibelikan makeup atau skinker. Biar
impas hehehe.
8. Kembangkan
ig explore_nuswantara |
Beberapa bulan lalu, suami sudah mulai punya ide untuk
mengembangkan hobi naik gunungnya menjadi bisnis. Dengan membuat open trip.
Masih tahap awal sih, tapi ini rencana bagus untuk mengubah hobi jadi cuan.
Jika kamu punya rencana untuk naik gunung, bisa kepoin ig @explore_nuswantara.
Di sana, ada catatan perjalanan saat mendaki gunung. Seperti Bromo, Semeru dan
lain-lain. Beberapa tips dan trik saat naik gunung juga ada. Jangan lupa follow
J
Nah, itu tadi 7 tips berdamai dengan hobi suami versi saya. Apakah
istri tidak punya hobi? Punya dong… intinya sama kok. Tips di atas juga berlaku
buat istri yang punya hobi. Jangan sampai, hobi yang awalnya untuk refresh otak, berubah jadi bencana. Bisa
jadi, karena komitmen dan komunikasi yang salah antara kedua belah pihak.
Lalu, suamimu hobi apa buk? sudah ngomel hari ini? eh, sudah
berdamaikah? Hehehe. Sharing yuk…
Salam,
wahahaha maap aku ketawa bagian diare gara-gara cobain kopi grinderan suami
BalasHapusgak papa, bebaskeun hahaha..
Hapus