Akhir-akhir ini, ngobrolin masalah
passion lagi ngetren di media sosial. Beberapa influencer mulai mengemukakan
pandangan mereka terkait ini. Pemilik akun financial planner juga gitu. Ikutan
nimbrung di urusan passion.
Lalu saya? ikutan lah berpendapat.
Biar kek rang orang. Hahay.
Passion? Apa itu? barangkali itu
yang saya rasakan waktu baca ig storinya Samuel ray @srl789 seorang HR
professional tentang ini. Atau @Jonathanend yang femes itu. Kerja sesuai
passion atau nerusin aja kerjaan yang sekarang meskipun gak sesuai passion?. Keduanya
hampir sama pendapatnya. Kerja dulu yang bener, passion baru ngikutin. Klo sudah
kenal cicilan dan tagihan, bodo amatlah sama passion. Begitu kira-kira
kesimpulan dari dua orang ini.
Sebagai ibu rumah tangga
bertara(i)f internasional (wow), saya punya pendapat sendiri tentang ini. Bukan
dalam posisi salah atau benar ya wahai netizen. Ini lebih pada konteks masing-masing.
Karena tiap orang punya ‘takaran’ sendiri mengenai ini.
Ini cerita tentang perjalanan
saya ‘mengejar passion’.
Waktu SMP, saya punya cita-cita
jadi pramugari. Kayaknya keren gitu pramugari bisa ngomong English cas cus. Terbang
kemana mana gratis. Muka cantik tanpa cela. Begitulah pandangan seorang anak SMP
tentang pramugari.
catching my passion. LOL sumber: jagad.id |
Menginjak SMA, saya mulai gak
tertarik dengan pramugari. Lebih pada, postur saya yang gak tinggi tinggi amat
alias pendek hahaha. Sayapun mengurungkan diri untuk menjadi pramugari.
Waktu SMA saya sempat berjualan
pin by order. Jadi pinnya tu gambarnya bisa request
gitu. Saya edit pakai word waktu itu. Laku dong. Kemudian buka jasa
pengetikan tugas waktu kelas 2 SMA. Soalnya punya komputer baru. Sayang kalau
gak menghasilkan cuan hahaha. Laku juga. Tapi waktu itu gak sempet kepikiran “Kayaknya
bakat ku jualan deh”. Bapak ibuku memang penjual. Bisnis konveksi waktu itu.
Masuk kuliah, saya ikut SPMB ambil
jurusan Hubungan Internasional. Gak keterima. Masukklah di Sastra Inggris,
Brawijaya. Ambil Diploma 3. Setahun kemudian nyoba SPMB lagi dengan jurusan HI.
Masih ngincer ini. dan keterima di Universitas Jember. Disinilah saya ‘terjerumus’
di dunia tulis menulis.
Selepas kuliah, saya diterima
sebagai Jurnalis tv di salah satu stasiun tv swasta di Surabaya. JTV. Sembari
kerja, saya jualan. Jualan baju online via Toko Bagus waktu itu. Laku. Lumayan banyak.
Setahun kemudian, saya coba peruntungan dengan bisnis francise. Sego Njamoer. Yang
anak ITS pasti tahu ini. Sukses?! Gak. Bangkrut. Duit dibawa yang jaga. Dari sini,
saya juga belum bisa bilang “Kayaknya, passionku jualan deh”. Melihat beberapa
kali saya selalu tertarik berjualan meskipun sedang melakukan pekerjaan lain.
Selama bekerja, lambat laun saya
mencintai dunia jurnalistik. Meskipun buta sama sekali dengan wilayah Surabaya,
saya sangat menyukai pekerjaan ini. Macet, deadline, suara computer PC tua yang
tutsnya gampang ngambek, bantuin talkshow, VO, dan pengalaman seru lainnya.
Dari sini, saya juga gak
kepikiran buat bilang “Ini passionku”.
Dua tahun bekerja, saya resign. Memutuskan
untuk menjadi ibu rumah tangga. Karena kehamilan pertama agak bermasalah.
Saya menjadi IRT, nyambi jualan
baju via online. Sekarang, lagi asik menekuni dunia blog. Sampai disini, saya
juga gak merasa“Passion saya disini deh kayaknya”.
Pati sudah banyak yang tahu dong
tentang kalimat love what you do sebelum
nemu do what you love? Mungkin itu
yang saya rasakan sekarang. Saya bahkan agak ragu apakah memaknai passion itu
hanya bentuk tunggal. Missal, passionku berdagang. Ya itu saja yang dilakukan.
Atau, passionku menulis. Ya itu saja yang dilakukan. Menulis.
Atau, pekerjaan yang sesuai passion itu kayak gini. Kita kerja
pergi pagi pulang malem tapi gak berasa capek karena seneng. Apa ini namanya
passion?! I don’t think so. Ada lagi misalnya, pekerjaanku sebagai marketing.
Ini sesuai passion, karena aku suka berkomunikasi dengan orang baru. It sounds weird. Asli. Saya juga belum
ngeh betul sebenernya passion ini arahnya kemana sih?!
Saya lebih sreg dengan quote ini.
Saya lupa ini punya siapa.
Doing what you like is freedom
Liking what you do is happinest
Maksud saya begini
Jika kamu eh saya bisa mengerjakan
apa yang saya cintai, itu sungguh sebuah privilege yang patut disukuri. Tapi,
jika saya dihadapkan pada liking what you
do. Itu, sungguh membahagiakan.
Menulis di blog is doing what I like. Sedangkan menjadi
ibu rumah tangga bagi saya adalah liking
what I do. Dan keduanya, gak ada yang merugikan tuh.
Jadi, menurutku gak seteknis
kerja aja dulu yang bener, passion dipikir nanti. Menurutku kok seperti ada
yang memisahkan antara keduanya. Padahal, bisa lo disatukan. Bagi saya ini
tentang cara berfikir. Dan menentukan bahagia versi kita sendiri. Bukan orang
lain.
Eh, paham gak sih saya dari tadi
ngomong apaan?! Hahaha… sekedar curhat.
Passionmu apa bu? sharing yuk
menarik~
BalasHapustapi somehow, deep inside our heart,
kita tau kok "kerjaan" apa yang bikin kita "sparkling"
time will tell menurut aku
hehehe
hehehe.. yup time will find a way :-)
HapusKalau bisa love what you do, mungkin hasilnya akan lebih baik dan membahagiakan ya bu..
BalasHapusyup, jangan lupa bersyukur :-)
Hapus