pict by: pixabay |
Beberapa hari ini saya
gelisah dengan notifikasi email dari mbak Andien dengan Bentang Pustaka. Iya, Andien Aisyah, penyanyi
idola saya. Sejak anak kedua, saya mulai mengikuti Instagram mbak Andien.
Terutama seputar kehamilan pertamanya sampai melahirkan seorang bayi laki-laki
lucu bernama Kawa.
Di akun instagramnya,
mbak Andien ingin berbagi kisah melalui tulisan seputar masa kehamilan sampai
melahirkan buah hatinya. Siapa saja yang berminat, bisa isi data via mailchimp. Saya langsung
isi dong. Kemudian, email pun berdatangan. Ada tiga. Email kedua membuat saya terhenyak. Ternyata, apa yang saya lihat di Instagram mbak Andien selama ini
keliru.
Yang terlihat memang kehamilan
yang menyenangkan, disertai foto-foto ciamik nan instagramable. Fase mual
muntah yang dilewati dengan bahagia dan masih banyak lagi moment selama hamil
yang ditunjukkan di Instagram pribadinya. Nyatanya, semua tak seindah feed
Instagram. Mbak Andien gak bahagia?!. Gak, bukan begitu. Tapi ada proses yang
harus dilalui saat mengetahui dirinya hamil Kawa. Proses menuju bahagia versi
mbak Andien. Dan itu, gak mudah.
Email dari mbak Andien dg Bentang Pustaka. Cerita kehamilannya akan dibukukan. |
Setelah membaca cerita
mbak Andien, saya jadi teringat pengalaman hamil anak pertama. apa yang saya
rasakan hampir sama. Senang karena sudah dikasih kepercayaan menjadi calon ibu.
Tapi juga cemas, takut, gelisah, atau saya tidak tahu apa yang sedang saya
khawatirkan sebenarnya.
Tulisan mbak Andien akan
saya sertakan di akhir cerita.
Kehamilan pertama saya memang ‘tidak
direncanakan’. Setelah menikah, saya masih ingin menikmati masa-masa manten
anyar. Belum lagi, kerjaan di kantor juga lagi asyik. Ya, pekerjaan saya sebagai wartawan saat itu sedang seru-serunya.
Memasuki tahun kedua bekerja. Sudah enjoy dengan suasana kerja. Menikmati
banyak pertemanan baru. Mulai menyukai deadline. Dan berbagai
pengalaman-pengalaman baru disana.
Dan
saat tahu kalau saya hamil, blash! Tiba-tiba seperti hilang arah. Seperti
takut, cemas, bahagia, campur seneng, tapi juga gelisah. Nyampur jadi satu.
Masuk
trimester pertama, saya mual muntah hebat. Flek juga. Bahkan, waktu itu,
memutuskan untuk tidak puasa Ramadhan selama sebulan penuh karena kondisi ini.
Tapi,
saya masih sangat beruntung. Karena keluarga memberikan support saat itu.
kebetulan saya masih tinggal sama orang tua. Suami, mendukung saya resign dari
kantor. Ibu saya juga begitu.
Berbeda
dengan mbak Andien yang tetap bekerja, saya memutuskan resign karena kondisi
kesehatan tak memungkinkan bekerja berat. Satu yang saya sesali saat itu
sebenarnya. Saya tak tahu harus berbuat apa saat mengandung anak pertama. Membaca buku tentang ibu hamil juga sekilas saja. Referensi mengenai tahap
persiapan melahirkan juga nol. Yang saya ingat waktu itu bahwa, melahirkan itu
sakit. Begitu kata orang-orang. Dan itu sampai masuk ke dalam alam bawah sadar saya. Sakit.
Begitu
seterusnya, sampai saya melahirkan Zafran dengan operasi caesar. Bayi terlilit
usus hampir 3 putaran. Saat sudah HPL pun saya tak merasakan apa-apa. Tapi
tiba-tiba keluar darah begitu saja. Tidak ada rasa sakit atau mules layaknya
orang mau melahirkan.
Dan
qodarullah, anak saya selamat. Meskipun setelah lahir, dokter mendeteksi
kelainan di bagian kelamin. Dalam dunia kedokteran disebut Hipospadia.
Jadi
tambah lagi tantangan menjadi ibu.
Tapi
satu yang saya pelajari. Bahwa semua
orang pasti punya masa-masa sulit dalam hidupnya. Bedanya, tinggal
bagaimana menghadapi. Peran orang sekitar juga sangat berpengaruh. Agar kita
gak merasa sendiri menghadapi ‘perbedaan’ atmosfir. Dari bekerja, jadi ibu
rumah tangga.
Satu
lagi. menerima diri sendiri. Iya, menerima bahwa kondisinya memang berbeda. Berkompromi
dengan diri sendiri itu susah! Kita mungkin bisa memberikan nasehat panjang
kali lebar kepada orang lain dengan kondisi sama. Tapi, coba ngaca, lalu
ngomong sama diri sendiri. Ah susah pemirsa!
But,
time heals…
Saya
banyak belajar dari waktu yang menempa kesabaran. Sedikit demi sedikit,
beradaptasi dengan keadaan. Tak lupa suami mengingatkan untuk selalu bersyukur
atas apa yang sudah dianugerahkan.
And,
life finds a way…
Anak
saya sudah dua :-)
Ini
saya sertakan email kedua dari mbak Andien yang menurut saya relate banget
dengan yang saya alami saat itu.
Jadi, sudah siapkah kamu menghadapi kehamilan?! share yuk...
Salam,
Tulisannya relate dengan saya :') dan sy jg udah lg nulis cerita ttg kehamilan pertama heheh
BalasHapuswah tos dulu kita :-) senang bisa berbagi :-)
HapusSy udh 2 ank tp klo mau hamil lg mikir2 :D
BalasHapussama dong :-)
HapusSama kayak saya dulu, pengenya mah pacaran dulu setahun ma suami krn kkita gak pacaran dulu sblm nikah. Alhamdulillah dikasih cepett... cucu pertamanya nenek
BalasHapusiya alhamdulillah dikasih cepet. pelajaran banget ini um anak pertama hehe..
HapusSukak bgt siih ama ni blog. Dunia nya isi IRT kabeh lope lope deh
BalasHapustrimakasih... senang bisa berbagi :-)
Hapus