Bulan Juli dan Agustus
merupakan peak season untuk para
pendaki. Di bulan-bulan ini biasanya cuaca cerah. Pemandangan di atas gunung
akan terpampang nyata. Tak hujan dan musim panas akan berakhir. Bediding,
begitu orang menyebutnya. Dingin dingin gimana gitu hahaha… Kebetulan saya dan suami
memang hobi naik gunung sejak SMA. Suami sih yang aktif di mapala. Saya sih
Cuma ikut-ikutan, yang penting happy hehehe...
Persiapan untuk naik
gunung sebenarnya gak ribet-ribet banget. Bahkan bisa dilakukan dalam semalam.
Macam bikin seribu candi ala
Roro Jonggrang. Mulai dari baju, logistik, sampai peralatan perang
emak-emak.
Kali ini kita mau ke gunung Bromo. Membawa dua
anak. Satu balita, mas Zafran dan satunya batita, Inara. Bayik belum genap 5 bulan. Bapaknya
anak-anak sebenarnya sudah rewel sejak awal Juli kepingin naik gunung, entah sama
teman-temanya atau Zafran saja. Tapi selalu bertabrakan dengan jadwal kantor,
terutama budget yang belum terkumpul. Hahay..
Pertengahan Juli, jumat
malam, tetiba pulang dengan membawa dua jaket dingin untuk anak-anak. “besok
berangkat ke Bromo” begitu katanya tanpa ba bi bu. Saya pun iya iya saja. Selain memang sedang butuh hiburan, saya yakin si bapak sudah ada budget buat
kita kita hahaha…
Malam itu juga, saya siapkan
printilan buat naik gunung. Sembari mikir, besok pagi mau bikin apa buat
sarapan. Biar setelah beres semua bisa langsung cuz berangkat.
Gunung Bromo, terkenal
dengan sunsetnya. untuk melihat sunset, kita harus berangkat jam 3 pagi. Tapi, saat di penginapan, kita memutuskan untuk tidak melihat
sunset. Karena udara dingin banget. Dua bocah belum terbiasa dengan udara dingin, belum lagi jalan
berdebu. Fix kita berangkat jam 8, sesuai dengan jadwal jeep yang turun dari
puncak.
Pada prinsipnya, bagi
saya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan. Ada 6,
waspadai no terakhir hahaha… (kayak judul media klik bait hehe… )
1. No social media allowed
Ini
sebenarnya khusus diperuntukkan buat sang bapak. Karena si bapak gak bisa lepas
dari medsos sejak dalam pikiran. Maklum sih pekerjaannya juga sedikit banyak
berkutat dengan medsos. Tapi untuk kali ini saya tegesin. No medsos. Hp Cuma
buat foto, atau balesin wa. Inipin juga berlaku buat saya. Tapi meskipun
emaknya mak olshop, sering males upload-upload gitu. Kecuali upload dagangan
haha…Tau kan kalau sudah dapet foto yang medsosable, biasanya suka gatel pengen upload saat itu juga. artinya, acara pegang hp tambah lama. Belum lagi kalau ada yang komen template 'ini dimana?'. Wah bakal tambah lama konsentrasi ke gadgetnya. Trus, kapan kita liburnya?
Kenapa
ini menjadi penting? Karena kita bawa dua bocah. Balita dan bayik. Yang boro2
duduk, nungging aja masih jungkel. Alhasil kalau ditinggal meleng dikit. Si
masnya pasti ngilang. Dan bayinya mungkin diajak ngilang juga hahaha… Apalagi
sama suasana baru. Masnya pasti kebelet explore segala sesuatu. Mulai lampu
penginapan yang dipencetin, kamar mandi dibuka tutup, lari-lari di depan kamar
dengan lebar cuma selompatan orang dewasa, lantai dua pula. So medsos kali ini
sungguh nir faedah. Upload nanti kalau sudah gak sama anak-anak.
2. Bawa baju banyak buat bayi
Ini
pertama kali emak naik gunung sama dua bocah. Karena persiapan yang cuma
semalem, baju bayik cuma seiprit. Karena masih dijemuran dan belum kering. Taulah
mak,baju bayik kan cuci kering pakai. Hasilnya, ya gitu emak bingung nyari
ganti baju. So kalau mau bawa bayik, bawa baju ganti yang banyak. Sesuaikan dengan
kondisi lapangan dan lama kunjungan. Basah dikit kena iler atau air putih,
buruan ganti. Karena berpotensi masuk angin. Apalagi kalau anak masih ileran, beh…
musti banyak stok ni mak. Kalau ada, cari baju yang cepat kering tapi tidak
gerah buat anak. Untuk ini, pastilah nambah budget lagi. Jadi, paling aman,
bawa banyak baju. Lagian kita kan mau ke gunung Bromo yang kesananya naik jeep,
dan nginep di penginapan. Bukan gunung Semeru yang musti nge-camp dan jalan. So
tak masalah bawa baju banyak buat bayik.
3. Logistik
Anak
dan cemilan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Apalagi, saya masih asi
eksklusif. Alhasil, cemilan hasil ready to eat setiap saat. Karena gendong bayi
dan ngajak ngobrol masnya biar gak bosen selama perjalanan, adalah dua hal yang
menguras tenaga kuda. Kebayang kan Sidoarjo-Probolinggo ditempuh selama 4 jam. Udah
lebih dari 2000 kata itu. jadi, mood emak dan anak harus tetap terjaga. Salah satunya
cemilan.
Pilih
cemilan yang mengandung banyak karbo. Roti, coklat, gandum, atau apapunlah, gak
karbo juga gak papa, yang penting kenyang haha… stok cemilan juga digunakan pada
malam hari. Selain hemat, kita juga gak perlu keluar malam hanya untuk beli
cemilan. Selain jauh, udara dingin, dan malas keluar, itu juga menghabiskan
tenaga. Simpan tenaga baik-baik untuk besok saat mendaki.
4. Penginapan yang nyaman buat bayi
Sekarang
sudah banyak pilihan penginapan di sekitar gunung Bromo. Sepanjang perjalanan, kiri kanan jalan sudah dipadati rumah-rumah penginapan. Mulai hotel,
guest house, hotel backpacker, atau rumah-rumah warga yang disiapkan untuk para
pendaki. Pilih yang nyaman buat bayi. Pastikan ada air hangat untuk mandi atau
sekedar cuci muka. Tapi kayaknya pasti ada ya, secara itu di gunung gitu,
udaranya adem bingits. Sebagai pertimbangan, bisa browsing via Traveloka. Banyak
sekali pilihan disana. Atau kalau pergi dadakan juga gak perlu khawatir, banyak
penyedia jasa penginapan disana.
Nah,
karena baru pertama kali naik gunung sama dua bocah, si bapak udah booking
penginapan yang nyaman dan pas untuk berempat. Namanya Pagupon. Kamarnya pas
buat keluarga kecil dengan dua bocah. Satu bed besar, dan kamar mandi yang ada air hangatnya. Ternyata,
penginapan ini satu managemen dengan hotel Jiwa Jawa. Salah satu spot di hotel
ini dijadikan tempat Jazz Gunung. Tau kan mak, itu acara tahunan bagi para pecinta musik Jazz. Menikmati alunan musik Jazz dengan background alam. wuih... seru... Kita dapet bonus lihat stage Jazz Gunung. Meskipun gak lihat tampilannya hahaha… mahal mak tiketnya
hihihi…
5. Membangun suasana
Namanya
juga anak-anak. Masih moody. Kadang gembira sangat, bisa jadi lima menit kemudian
bosan akut. Ajak anak bicara sesuatu yang menyenangkan. Tentang apa yang dia
lihat di sekitar. Gunung, awan, hewan atau apapun yang dijumpai di jalan bisa
jadi topik yang menarik. Beruntung, Zafran sangat suka bercerita. Jangan paksa
anak melakukan sesuatu yang ia tidak suka. Naik kuda misalnya. Hehehe… kemarin
sempat memaksa Zafran naik kuda. Alhasil dia bad mood. Untung bisa cair lagi
setelah naik jeep.
Tanya
anak apakah dia suka melakukan ini atau itu. Jangan segan-segan bilang
tidak kalau itu dirasa membahayakan. Tapi namanya juga anak-anak. Ditempat baru,
mereka pasti akan mencoba segala sesuatu. Lari-lari di pasir, tendang-tendang
biar debu pada terbang, ngoceh sana sini. Begitulah…
6. Waspadalah
Bagi
emak-emak yang punya suami mantan Mapala. Patut diwaspadai, pasca naik gunung
dadakan ini, jangan-jangan sebenarnya si
bapak cuma mau bilang “bulan depan aku mau naik gunung”. Dilihat dari posisi
manapun, jelas ini bukan kalimat permohonan ijin. Tapi FYI, for your
information. Dan anda hanya bisa mengangguk lemas tanda setuju.
Tips
di atas hanyalah pengalaman emak-emak yang mendadak naik gunung dengan dua
bocah. Bisa digunakan, bisa tidak. Tapi ada hal penting yang wajib dilakukan. Yaitu,
membangun suasana. Jangan sampai anak-anak merasa terpaksa naik gunung. Komunikasikan
sebelumnya. Apa hal yang menarik sampai kita memutuskan liburan ke gunung. Sedangkan
poin yang lain akan sangat berbeda jika tujuannya lain. Bukan di gunung Bromo
misalnya. Karena setiap gunung punya kondisi alam yang berbeda. Otomatis,
persiapan pun berbeda. Mulai printilan baju, logistik sampai persiapan fisik.
Sebagai
referensi yang ciamik. Sila mengintip akun ig dokter hewan @nyomiez. Anaknya Max
yang mengagumkan, mungkin bisa menjadi contoh sekaligus bahan pertimbangan
untuk mengajak anak mendaki. You know mak, Max sudah naik gunung sejak usia 5
bulan. Yes, sama seperti Inara anak kedua saya. Sampai usia 5 tahun dia sudah
mendaki lebih dari 30 gunung di Indonesia. Wow.
Tapi
setiap orang tua pasti punya pertimbangan sendiri bagaimana cara mendidik
anaknya. Mencintai alam sejak dini sangat bagus untuk pertumbuhanya kedepan. Bagi
saya, ngalas atau naik gunung punya efek yang luar biasa bagi kehidupan. Banyak
rintangan. Dan pilihanya hanya dua, kembali atau hadapi. Jalan
kembali bukan tak punya rintangan. Lalu?!. Ya hadapi. Wong sama kok sulitnya. Bukankah
begitu kita setiap harinya. Menghadapi masalah dengan frekuensi masing-masing. Dan
menyelesaikannya dengan cara terbaik yang kita mampu.
Mencintai
perjalanan dan mampu memaafkan ketidakmampuan. Berdamai dengan diri sendiri.
Salam
dari keluarga kecil kami
The
Harnoko’s
Tidak ada komentar