“Buk, nanti kalau korona sudah hilang, kita ke rumah ninik ya. Aku mau bawa mainan kardus biar bisa main sama temen-temen disana”
“Iya, sekarang doa yuk, biar koronanya cepet ilang”
Anak sulung saya sudah kebelet pengen mudik ke rumah niniknya.
Ninik adalah sebutan untuk mbah putri di keluarga saya. Tiap tahun, kami selalu
mudik ke Tulungagung. Kebetulan, suami juga dari kota yang sama.
Bagi anak seusianya, mudik berarti bermain dengan keluarga
dan teman baru di kampung halaman. Anjangsana kerumah saudara, bermain sepuasnya,
dan bebas makan makanan apapun.
Dua anak saya ini punya bakat alergi. Meskipun sudah lumayan
membaik, tapi beberapa camilan masih saya larang. Seperti coklat dan buah yang
mengandung getah.
Nah, saat lebaran, aturan itu sedikit longgar. Maklum, banyak
godaan. Yang penting gak berlebihan. It’s oke. Jadi, momen lebaran seperti ini yang selalu ditunggu-tunggu sama mas Zafran.
Bagi saya, momen pulang kampung saat lebaran adalah saatnya
melepas kangen dengan keluarga. duh, kangen banget sama ibuk. Pulang terakhir
saat adik nikah akhir tahun lalu.
Kalau sudah berkumpul dengan keluarga besar pasti banyak
cerita. Banyak kejadian seru yang hanya didapati saat lebaran.
kudapan seperti tapai ketan, rengginang, sama madu mongso,
menjadi buruan saya saat anjangsana kerumah mbah-mbah sepuh. Kalau sudah kum[ul
sama keluarga suka lupa umur. Hihihi.
Tunda mudik
Tahun ini, momen mudik lebaran sepertinya musti di tunda. Pandemic
virus covid-19 masih terus merajalela. Pemerintah bahkan menerapkan pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) tahap kedua. Meskipun, kenyataan di lapangan
berbeda. masih banyak kerumunan, bahkan jalanan masih macet.
Kemarin pagi, saya pergi ke SD yang akan mejadi sekolah baru
mas Zafran tahun ini. jalan pintas masuk perumahan yang biasa dilewati, tutup
total. Saya musti cari jalan memutar untk sampai kesana. saya kaget dong. Jalan
besar menuju sekolah macet. Seperti hari-hari biasanya. Tidak ada penurunan
volume kendaraan. Bahkan warung makanan di kanan kiri jalan juga buka. Meski ditutup
dengan kelambu.
Kebijakan PSBB sepertinya tak lantas membuat orang berdiam di
rumah. saya maklum sih, karena banyak pekerja harian yang musti keluar untuk
bekerja. tapi, kenapa yang tidak berkepentingan bisa leha-leha nongkrong
pinggir jalan?!
Situasi sulit ini menjengkelkan. Saya yang tiap hari berusaha
di rumah saja, jadi gemas lihat orang-orang masih macet-macetan di jalan. Ini mau
sampai kapan virus berakhir?
Apa ini juga yang dinamakan berdamai dengan virus? social
distancing bahkan seperti angin lalu kalau sudah lihat kenyataan di jalanan.
Padahal, aturan untuk keluar wilayah yang menerapkan PSBB ini
ketat sekali. Seperti infografis yang saya dapat dari laman resmi Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19.
Sumber: covid19.go.id |
Ribet sekali menurut saya. barangkali memang dibikin seperti
itu agar orang berpikir dua kali untuk bepergian atau mudik ke kampung halaman.
Oke, saya memang tak bisa membuat semua orang patuh terhadap
aturan. satu-satunya jalan, ya saya sendiri musti ikhtiar. Saatnya memikirkan
diri masing-masing dan keluarga terdekat.
Tahun ini, kami sekeluarga memutuskan untuk tidak pulang
kampung. Semoga ikhtiar satu keluarga ini bisa menekan angka penyebaran
covid-19. Saya selalu menempatkan diri sebagai carier virus, agar lebih
hati-hati saat mau keluar atau melakukan kontak dengan orang lain.
Mudik tahun depan
Meski virus covid-19 ini belum bisa diprediksi kapan selesai,
tapi, saya berharap tahun depan, bisa puasa Ramadan dan berlebaran tanpa
was-was lagi.
Berkumpul dengana keluarga besar. ngobrol kesana kemari
sambil menikmati suasana kampung halaman yang damai. Jauh dari keramaian. Bisa anjangsana
kerumah saudara, menikmati sajian khas lebaran yang tidak ada duanya.
Semoga, anti virus covid-19 ini segera ditemukan. Agar kurva
penderita bisa melandai dengan sempurna. Belum ada yang bisa memastikan. Tapi,
hapan akan selalu saya sematkan. Bebarengan dengan doa-doa bulan Ramadan. Semoga
diijabah oleh sang Maha Merencanakan.
Gak usah mudik yuk, tahan diri dulu. kamu punya cerita apa
nih. Sharing yuk…
Sumber:
https://covid19.go.id/p/protokol/bepergian-lintas-wilayah-saat-psbb-dokumen-ini-syarat-mutlak
selain ribet juag masih perasaan was2
BalasHapusiya mbak mending di rumah saja lebih tenang :-)
HapusSedih ya mba.. aku udh speechless Ama orang2 yg ttp nekad kluar, ga pake masker, ga ada jaga jarak, seakan memang ga ada apa2 :(. Aku rutin traveling biasanya, tp karena wabah, aku rela hrs off dulu sampe virus ini bener2 mereda.
BalasHapusKrn aku mikirin anak2ku , ga pengen mereka ketularan penyakit berbahaya gini. Rela dan ikhlas ga bisa ketemu ortu di Medan, bahkan Ama mama mertua yg rumahnya cm 5 menit jalan kaki, aku blm ketemu LG 2 bulan ini. Krn takut aja mama mertua kenapa2 kalo kami kesana :(.
Nth sampe kapan virus ini bisa hilang, krn yg aku liat orang2 kayak ga peduli :(.
bener mbak. kita udah ikhtiar sekuat tenaga tapi orang-orang diluar sana malah seperti gak peduli. akhirnya sih klo aku jadi bodo amat mbak. yang penting keluargaku aman. duh! mau gimana lagi. aturan pemerintah juga gak bisa tegas. kita berjuang sendiri mbak. semangat... semoga segera membaik. amin...
Hapus